Siapa mengira kesukaan makan coklat akan berbuah bisnis yang cukup menggiurkan, dan menghasilkan uang lumayan. Itulah yang dialami oleh Ucu Sawitri, 'seniman' coklat yang punya spesialisasi mendekorasi kue.
Seniman coklat? Mungkin Anda terheran-heran membaca istilah ini. Apa pula artinya. Memang istilah ini belum umum. Seniman coklat adalah orang yang membuat aneka kreasi dan desain dari coklat, berupa bentuk tertentu yang indah dan enak dipandang.
Ucu Sawitri, perempuan dengan dua orang anak ini, sudah menjadi seniman coklat dan spesialis dekorasi kue sejak beberapa tahun terakhir, dan bergelut dengan bahan yang terasa manis ini sudah belasan tahun.
Sejak kecil Ucu sudah mengenal coklat. Selain memang hobi makan coklat dia juga suka mengombinasikan coklat dengan bahan lain, sehingga muncul beragam kue dengan coklat.
Wanita kelahiran Pematang Siantar, Sumatra Utara, 15 Januari 1967, ini bahkan untuk merealisasikan hobinya pada kue, meneruskan kuliahnya di jurusan tata boga IKIP Jakarta, dan lulus pada 1989.
Setelah tamat dia terus mengutak-atik coklat, dan membuat aneka dekorasi kue. Walhasil, dia terpilih sebagai juara Nasional Dekorasi Kue pada 1995 dan 1997. Selain itu juga aktif mengajar di bidang boga di berbagai instansi.
Ucu bisa dibilang seniman coklat yang aktif berkarya. Ada saja ide yang muncul dari benaknya. Seperti belum lama ini dia berkolaborasi dengan desainer busana Samuel Wattimena menampilkan koleksi unik, busana yang dihiasi dengan rangkaian bunga dan motif lainnya dari coklat.
Koleksi yang beda dari biasanya ini ditampikan dalam fashion show, dan banyak mendapat perhatian dari pengunjung. Ada busana malam dengan roncean bunga dan daun dari coklat yang ditata begitu rupa di baju.
"Pengerjaannya cukup rumit. Saya harus mencari teknik agar coklat tersebut tidak cepat lumer. Ini adalah tantangan dan saya suka mengerjakannya," ungkap wanita berkulit putih yang mudah tersenyum ini.
Dalam pameran coklat yang berlangsung selama sepekan di Hotel Gran Melia Jakarta itu, selain busana, Ucu juga membuat dekorasi kue coklat yang unik dan menarik. Antusias pengunjung begitu besar, apalagi melihat air mancur coklat yang bisa langsung dicelup dengan jari dan dicicipi, serta diletakkan di tengah ruangan.
Namanya sendiri juga unik. Ucu Sawitri, disebut begitu lantaran ia lahir di tengah perkebunan kelapa sawit di Pematang Siantar, Sumatra Utara. Bapaknya yang ahli membuat pabrik, memberi nama putri bungsunya ini dengan 'Sawitri' sebagai kenangan.
Ucu yang berdarah Pekalongan (ibu) dan Bandung-Kuningan (ayah) ini, meceritakan bahwa profesi ayahnya (alm) cukup unik. Yaitu, seorang ahli dalam pembuatan pabrik. Itu sebabnya keluarganya selalu berpindah-pindah, tergantung pabrik mana yang hendak dibangun. Mulai dari Pematang Siantar, Bandung, Malang hingga Jakarta. Karena itu setiap ditanya ia keturunan mana, ia lebih suka menjawab 'keturunan orang Indonesia'.
Bakatnya di bidang pembuatan kue sebenarnya sudah mulai dipupuk ibunya sejak ia berusia empat tahun. Sejak itu, ia selalu diajak sang ibu membuat kue. Sudah menjadi tradisi keluarga ini, semua anak-anaknya dilarang jajan di luar. Kebutuhan mereka dipenuhi sang ibu dengan membuatkan kue.
Hobi bikin kue itu terpupuk hingga Ucu dewasa. Semakin bertambah keterampilannya dalam membuat kue, semakin tinggi pula keinginannya untuk terus belajar. Di Jakarta saja tak kurang dari enam tempat kursus membuat kue pernah ia masuki.
Puncak dari 'pengembaraannya' di dunia kue, adalah ketika ia sejak lima tahun yang lalu bergabung dengan Tulip, satu industri coklat bergengsi di Indonesia. Dengan bahan coklat inilah ia seakan seperti 'ikan yang menemukan air', habitatnya.
Dia manfaatkan fasilitas yang didapatkannya di Tulip untuk berbagai eksperimen, hingga ia berhasil menemukan berbagai inovasi, seperti yang bisa dilihat di stand-nya dalam Chocolate Expo 2003.
Seiring dengan itu, sejak kecil ia pun senang pada pelajaran prakarya. Entah bagaimana, tangannya memiliki bakat yang amat baik dalam membuat barang-barang kerajinan tangan. "Pelajaran lain boleh jeblok, tapi untuk prakarya, angka langganan di rapor adalah delapan," ucapnya.
Ketika dewasa, ia sempat tinggal beberapa tahun di Desa Eres, Singaraja, Bali, sebuah desa yang penduduknya dominan berprofesi sebagai perajin.
Di lingkungan ini ia menyalurkan hobi dan bakatnya di bidang kerajinan tangan. Ia beli hasil kerajinan penduduk dalam bentuk yang belum jadi, lalu ia sempurnakan sehingga layak jual.
Dua bakat telah tertanam pada diri Ucu, bakatnya di bidang pembuatan kue, dan membuat kerajinan tangan. Dua bakat itulah yang pada ujungnya menghasilkan serangkaian inovasi dalam pengolahan coklat.
Bahan yang semula untuk dimakan, ia kembangkan menjadi medium pembuatan karya seni rupa dan kerajinan tangan. Ia tekuni benar modeling chocolate, karena ia percaya di sinilah masa depannya.
Desainer kondang Samuel Wattimena bermata jeli melihat potensi Ucu. Itu sebabnya ia mengajaknya untuk berkolaborasi membuat karya bareng dalam wujud 'busana coklat'. Samuel membuat bajunya, Ucu menyempurnakannya dengan bahan coklat.
Dalam hal ilmu dan keterampilan Ucu bukan orang yang pelit. Kini profesinya bertambah satu, yakni sebagai guru yang mengajar di banyak tempat. Murid-muridnya bervariasi mulai dari anak-anak hingga kakek-nenek, ada lelaki dan perempuan, bahkan ia membuat kelas khusus untuk para pemilik toko kue.
Ia bentuk Kids Cooking Class khusus untuk anak-anak. Ia juga mengajarkan modeling chocolate, satu cabang keterampilan yang kini juga ditekuninya.
Makin lama 'dunia coklat' makin berkembang. Hal itu bisa dilihat dari semakin banyaknya toko kue (yang otomatis di dalamnya juga terdapat kue yang dibuat dari coklat).
Ia pun semakin sibuk, bukan saja dalam mengajar, tapi juga memproduksi kue-kue khusus pesanan toko-toko kue.
Keinginannya mengikuti Chocolate Expo 2003, ia berharap akan menemukan dasar pijakan yang kokoh untuk menapakkan kaki ke jenjang yang lebih tinggi, yakni bagaimana ia bisa menularkan keterampilannya kepada sebanyak-banyaknya rakyat Indonesia. (*/CBN)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar